Ungkap Sisi Lain Anime Ponyo di Bedah Film Gelar Jepang UI 28
Ponyo, Bukan Sekedar Anime Anak-Anak Biasa
Yo mina san!
Ponyo, siapa sih yang tidak tahu dengan anime yang satu ini? ya anime yang menceritakan tentang kehidupan Ponyo si ikan dan juga Sosuke ini memang sudah sangat melekat di ingatan para penggemar anime.
Diproduksi oleh studio Ghibli dan disutradari oleh Hayao Miyazaki, Ponyo telah menjadi salah satu anime yang melegenda dan susah untuk dilupakan.
Meski sekilas anime ini seperti anime anak-anak tapi dibalik semua itu ada maksud dan tujuan tertentu yang terselip dalam anime ini.
Ya pembahasan menarik tentang Ponyo ini menjadi topik utama dalam Bedah Film Gelar Jepang UI 28, dimana acara ini akan dipandu oleh Rouli Esther Pasaribu.
Dalam acara ini, pembicara mengungkap banyak sekali hal yang disampaikan secara tersirat dalam anime Ponyo ini.
Dalam film Ponyo digambarkan bahwa manusia dan alam berada dalam kondisi yang sangat tidak berimbang dimana lautan terlihat sangat dipenuhi sampah.
Jika kalian sudah pernah melihat Ponyo, pasti kalian tahu adegan dimana Ponyo terjebak di sebuah toples kaca gara-gara dilautan yang terdapat banyak sekali sampah.
Berawal dari hal tersebut, Ponyo akhirnya bertemu dengan Sosuke yang pada akhirnya menolongnya sehingga ia bisa terbebas dari toples kaca tersebut.
Pada anime ini banyak sekali adegan-adegan yang memiliki pesan tersirat di dalamnya, salah satu adegan tersebut adalah adegan dimana Sosuke menyatakan bahwa ia akan tetap menyukai Ponyo dalam wujud apapun, entah dalam wujud ikan, setengah manusia, maupun manusia seutuhnya.
Hal tersebut memiliki makna bahwa manusia harus memandang alam dengan setara, sebagai manusia kita tidak boleh menguasai alam, alam itu setara dengan kita.
Pesan-pesan tersirat seperti itu sangat sering disampaikan pada sebuah karya fantasi, jika kalian menganggap karya fantasi itu polos maka kalian salah, dibaliknya pasti ada sebuah ideologi yang ingin disampaikan.
Penyampaian kritik dengan menuangkannya dalam sebuah karya memang sangat efektif karena informasi maupun kritikan yang berusaha untuk disampaikan akan susah untuk dilupakan.
Menurut Rouli sensei, sebuah karya sastra itu memiliki dua tujuan yakni hiburan dan juga edukatif, kritikan yang disampaikan dalam sebuah karya sastra memang tidak bisa langsung diterima secara lansung melainkan secara bertahap dan tersirat.
Karena penyampaiannya yang bertahap maka pesan yang ingin disampaikan bisa lebih mendalam dan tentu saja akan susah untuk dilupakan.
Kalian pasti pernah merasakan sensasi tertentu bukan setelah menonton film? seperti jadi lebih termotivasi dan sebagainya, ya seperti itulah penyampaian pesan dalam sebuah karya.
Dari acara ini, kita jadi mengetahui bahwa sebuah karya tidak hanya berfungsi sebagai hiburan semata, namun juga memberikan banyak pesan-pesan berharga di dalamnya.
https://ift.tt/MRS2BI4